Garis Waktu – Sebuah Perjalanan Menghapus Luka



Fiersa Besari bercerita tentang sebuah kisah cinta dua insan yang pernah bersama tapi berakhir dengan perpisahan. Tokoh utama dalam buku ini adalah sang laki-laki yang di mana dia telah jatuh hati terhadap seorang perempuan yang tidak sengaja ia temui dan sering berinteraksi dengannya. Namun meski ia berusaha mendapatkan pujaan hatinya, sang perempuan sendiri mempunyai laki-laki lain yang menjadi dambaannya. Tokoh utama pun mulai nelangsa. Hal ini digambarkan sangat epik melalui tulisan berikut.

Pada garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau bertemu dengan satu orang yang mengubah hidupmu selamanya. Kemudian, satu orang tersebut akan menjadi bagian terbesar dalam agendamu. Dan hatimu takkan memberikan pilihan apa pun kecuali jatuh cinta, biarpun logika terus berkata bahwa risiko jatuh cinta adalah terjerembap di dasar nestapa.

Dan benarlah tokoh utama terjerembap penuh nestapa atas cinta yang bertepuk sebelah tangan. Namun sang tokoh utama mencoba untuk tegar dan tetap bersikap baik kepada sang perempuan. Dia selalu memasang topeng senyuman palsu setiap kali bertemu dan memilih masuk ke dalam “Zona Pertemanan” daripada berpisah sama sekali. Seluruh kebaikan yang dia bisa lakukan sudah diberikan kepada sang perempuan meskipun perempuan tidak menaruh hati padanya. Kepahitan yang dirasakan sudah terungkap cukup jelas melalui penggalan berikut.

Ada ketulusan yang selalu datang menyapamu setiap hari. Kaunya saja yang menolak untuk melihat dan lebih memilih untuk menatap ke arah yang lain.

Pada momen selanjutnya sang perempuan ditinggalkan oleh kekasihnya yang menyebabkan ia bersedih dan selalu berkeluh kesah kepada sahabatnya yang tidak lain sang tokoh utama. Tokoh utama dengan sabar meski perih selalu mendengarkan dan mencoba untuk menghibur sang perempuan. Tak jarang sang tokoh utama merasa kesal dengan keadaannya yang hanya menjadi tempat berkeluh kesah jika dibutuhkan tak kurang tak lebih. Tergambar pada penggalan berikut.

Mungkin karena itulah aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian, meski dengan biadabnya kau bertingkah seolah aku adalah buku harian yang cuman kau isi dengan keluh kesahmu, tanpa perlu kau tanyakan bagaimana perasaanku.

Hingga suatu ketika sang tokoh utama akhirnya nekat untuk menyampaikan apa yang selama ini terpendam di dalam hatinya. Dia siap menerima reaksi apa pun bahkan mungkin sampai putusnya persahabatan di antara mereka. Tokoh utama sudah lelah menyembunyikan perasaan yang sudah sejak lama ia tahan tanpa tahu apa jawaban. Sang perempuan pun memutuskan untuk mencoba bersama dengan tokoh utama.

Hidup mereka diisi dengan kebersamaan yang hangat. Hal yang selama ini dirindukan telah menjadi kenyataan bagi tokoh utama. Ia benar-benar akan membuat sang perempuan bahagia dan terus bahagia. Namun takdir berkata lain, sang perempuan memiliki laki-laki lain dan membuat tokoh utama merasa dikhianati. Sungguh sakit rasanya setelah perjuangan yang telah ia lakukan selama ini.

Singkat cerita, tokoh utama memutuskan untuk sedikit demi sedikit melupakan sang perempuan dengan menjauhinya dan berfokus dengan hidupnya. Sesuai dengan penggalan berikut.

Beberapa orang berhenti menyapa bukan karena perasaannya berhenti; melainkan karena telah mencapai titik kesadaran untuk berhenti disakiti.

Tokoh utama belajar bahwa hidup terlalu singkat untuk digunakan meratap. Sebagaimana penggalan berikut.

Nyatakan perasaan, Hentikan penyesalan, maafkah kesalahan, tertawakan kenangan, kejar impian. Hidup terlalu singkat untuk dipakai meratap.

Iya. Hidup terlalu singkat untuk dipakai meratap. Oleh karenanya nyatakan perasaanmu dengan cara yang tepat dan persiapan yang mantap. Karena kau hanya akan menyesal jika tak pernah menyatakannya.

Posting Komentar

Start typing and press Enter to search